Hati-hati untuk para honorer yach. Kabupaten Sukoharjo dihebohkan dengan terkuaknya kasus Surat Keputusan (SK) CPNS Palsu yang diterima sejumlah Guru Tidak Tetap (GTT). Hingga saat ini, sebanyak 60 SK palsu sudah ditemukan oleh tim Dinas Pendidikan dan DPRD Sukoharjo di enam Kecamatan. Benarkah ada sindikat yang bermain dalam kasus ini? Dan dimungkinkan kasus yang sama juga terjadi di daerah lainnya.
Dari pelusuran Suara Merdeka di lapangan, sindikat SK palsu ini memang benar adanya. Bahkan semenjak pertengahan bulan puasa lalu, anggota sindikat ini sudah mulai bergerak mencari mangsa. Arif (bukan nama sebenarnya), salah satu PNS di Sukoharjo mengakui pernah bertemu dengan oknum PNS yang merupakan anggota sindikat tersebut.
Terjadi pertemuan keduanya dan ngobrol sebagaimana layaknya seorang teman. Di tengah-tengah perbincangan, oknum tersebut mulai membuka pembicaraan soal CPNS.
”Saat itu dia menawarkan pada saya kalau ada teman, saudara atau siapapun yang ingin menjadi CPNS, khususnya GTT, bisa dibantu. Caranya melalui jalur khusus,” ungkap Arif.
Arif diminta mencari orang yang mau dibantu. Mendapat penawaran tersebut, Arif sempat berpikir untuk mencari temannya yang masih GTT. Pikirnya, ini kesempatan bagus dan sayang untuk dilewatkan. ”Hitung-hitung membantu teman. Terlebih bahasanya sangat meyakinkan, karena sudah ada yang menanggung,” kata Arif.
Namun setelah pertemuan itu, Arif ragu karena melalui jalur khusus sudah pasti ada imbalan yang harus diberikan bila temannya diterima menjadi CPNS. Karena itu, Arif tidak segera menyampaikan informasi tersebut pada teman GTT-nya. Kebimbangan pegawai ini sedikit banyak terjawab saat ada desas-desus SK CPNS palsu terkuak di Kecamatan Weru. Dari situ dia terus mencari informasi mengenai SK palsu, karena memang belum terpublikasi media.
“Benar saja, tidak lama setelah isu muncul, semua koran menulis tentang SK palsu di mana ada enam GTT menjadi korban. Saya tidak berani menyimpulkan apakah teman yang dulu menawari saya itu ada kaitannya dengan yang di Weru,” ujarnya.
Hanya saja, melihat cara kerjanya dia meyakini memang ada kaitannya. Yaitu menawari GTT untuk menjadi CPNS melalui jalur khusus.
Setor Uang
Penuturan yang sama tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh seorang GTT di Kecamatan Weru yang menjadi korban SK CPNS palsu. Dia mengaku, semua GTT dikumpulkan di aula UPTD Pendidikan Weru. Mereka dijelaskan akan ada perekrutan CPNS dan yang diutamakan setelah memiliki masa kerja lama.
Setelah pertemuan itu, GTT didatangi oknum pegawai di UPTD Pendidikan Weru. Dengan gaya bahasa yang santun dan manis, oknum itu mengatakan akan mengupayakan agar secepatnya menjadi CPNS. Terlebih namanya sudah masuk dalam data base GTT. Akhirnya, GTT yang sudah bekerja selama 10 tahun itu terbujuk dan setuju, dengan catatan, kalau nanti benar-benar diterima, diharuskan menyiapkan sejumlah uang untuk syukuran.
Jual Sawah
”Kejadian itu kalau tidak salah saat bulan Puasa. Saat itu saya bingung, jumlah biaya syukuran itu karena tidak disebut. Akhirnya saya tanya teman lain dan memperoleh angka antara Rp 4 juta,” ungkap GTT yang meminta namanya tidak disebutkan.
Bukan main terperanjatnya GTT itu, tatkala oknum pegawai UPTD menemuinya dengan membawa salinan SK yang sudah ada namanya. GTT itu pun diminta menyiapkan uang Rp 85 juta. Karena belum siap, dijawab akan dibayar tetapi meminta waktu untuk mengumpulkan uang.
”Saya kemudian menjual sawah untuk membayar atau menebus SK itu. Kemudian uang saya serahkan dan salinan SK berkop Departemen Pendidikan Nasional atas nama saya diserahkan,” ujarnya.
Oknum UPTD itu mengungkapkan, SK baru salinan dan yang asli menunggu kalau sudah ada pengumuman resmi perekrutan CPNS. Yang jelas namanya sudah masuk dan sedang dalam proses. GTT tersebut memang sempat curiga dengan kop surat bertuliskan departemen bukan kementerian. Namun demikian, kecurigaan tersebut ditepis dengan rasa percaya kalau tidak mungkin sahabatnya akan menjerumuskannya atau menipu.
Namun kenyataannya kecurigaan menjadi kenyataan. Sebab tidak lama kemudian, SK tersebut diambil kembali oleh temannya dan uang yang sudah diserahkan senilai Rp 85 juta dikembalikan.
”Saya benar-benar tidak menyangka kalau seperti ini ujung-ujungnya. Jujur, saya malu pada tetangga dan keluarga yang sudah tahu.”
Meski merasa kecewa, GTT itu tidak akan memperkarakan temannya dalam kasus penipuan. Terlebih uangnya sudah kembali utuh. Ref:suara merdeka