PT Pertamina (Persero) tercatat sebagai badan usaha milik negara (BUMN) dengan pendapatan usaha terbesar pada semester pertama tahun ini. “Pendapatan usaha Pertamina pada semester pertama tahun ini sebesar Rp 279,31 triliun,” kata Menteri BUMN Mustafa Abubakar, di Jakarta, Rabu, 10 Agustus 2011.
Berdasarkan data, pendapatan usaha Pertamina pada semester pertama tahun ini meningkat sekitar 25,15 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 223,18 triliun. Peningkatan pendapatan usaha tersebut akhirnya mendorong laba bersih Pertamina meningkat sekitar 70,39 persen pada tahun ini, dari Rp 8,68 triliun menjadi Rp 14,79 triliun.
Seperti diketahui, pencapaian laba bersih tersebut hampir mendekati target laba dalam rencana jangka panjang perusahaan (RJPP) Pertamina untuk tahun ini sekitar Rp 17,7 triliun. Namun menurut Mustafa, hingga saat ini belum ada rencana untuk merevisi target tersebut. “Batas bawah laba bersih Pertamina tahun ini sekitar Rp 17 triliun dan batas atas Rp 20 triliun. Saya kira belum perlu direvisi. Kalau seandainya pencapaian lebih dari batas atas, itu prestasi karena melampaui target,” lanjut Mustafa.
Menurut Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur Kementerian BUMN Irnanda Laksanawan, kenaikan pendapatan usaha Pertamina pada semester pertama tahun ini lebih didorong oleh kenaikan realisasi harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP). “Asumsi ICP sekitar US$ 80 per barel. Ternyata realisasi per Juni sebesar US$ 110,97 per barel, atau naik sekitar 38,71 persen per barel,” kata Irnanda.
Kenaikan tersebut akhirnya mendorong kenaikan laba pada sektor hulu, dari target sekitar Rp 16,6 triliun menjadi 19,89 triliun. Selain itu harga rata-rata Premium, Kerosene, dan Solar juga mengalami peningkatan, dari target US$ 7,23 per barel menjadi US$ 9,25 per barel. Kenaikan tersebut akhirnya mendorong kenaikan laba di sektor hilir, dari target sebesar Rp 1,01 triliun menjadi Rp 5,27 triliun.
“Tahun lalu, laba bersih Pertamina akhir tahun sekitar Rp 16,7 triliun dan pada semester pertamanya sebesar Rp 8,68 triliun. Sekarang sudah sebesar Rp 14,79 triliun. Jadi, kenaikannya luar biasa karena ICP dan faktor-faktor lainnya tadi,” lanjut Irnanda.
Setelah Pertamina, BUMN yang juga tercatat berpendapatan terbesar adalah PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebesar Rp 93,33 triliun, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp 34,45 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp 26,41 triliun, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar Rp 26,72 triliun. Wah gitu harga bensin, minyak dan sejenisnya mahal juga…Ref : EVANA DEWI-tempointeraktif